#BtB15: Parent’s Blessing
“Is it important? Why do we need their blessing? It’s my life.”
Beberapa dari kita mungkin pernah menjalin hubungan backstreet. Iya, hubungan di belakang jalan. Hubungan yang di depan banyak orang nampak tidak ada sesuatu yang spesial, tetapi menjadi spesial ketika tidak ada orang. Masih ingat alasan mengapa menjalin hubungan backstreet? Kebanyakan orang yang menjalin hubungan ini dikarenakan ingin menyembunyikan status atau hubungan. Alasannya beragam, ada yang karena masih sekolah dan tidak diizinkan berpacaran, saling sayang tetapi beda agama, malu malu tapi mau, dan banyak yang lain.
Kita mungkin tidak ingin banyak orang tahu, atau bahkan tidak ingin orang tua kita tahu. Mengapa? Jawaban paling mainstream adalah “Belum siap.” Kalau belum siap, mengapa pacaran?
Kesiapan dalam menjalin hubungan termasuk kesiapan untuk menghadapi masing-masing orang tua dan menyatakan mengenai keseriusan.
Orang tua adalah pribadi yang Tuhan berikan dan percayakan untuk mendidik kita dari kecil hingga dewasa. Mereka adalah wakil Tuhan. Mereka bisa dipakai Tuhan untuk menyatakan kehendaknya dan sign mengenai relasi yang sedang kita jalin. Mereka adalah orang yang paling mengasihi kita bagaimanapun keadaannya, meski kasih mereka juga bukanlah kasih yang sempurna. Mereka adalah orang yang paling merasakan kehilangan ketika kita nantinya akan menikah dan meninggalkan rumah. Mereka adalah orang yang akan memberikan berkatnya bagi relasi kita.
Proses untuk mempersiapkan diri memohon berkat dari orang tua bukanlah proses yang mudah. Penuh pergumulan, keraguan, pertanyaan, dan kegelisahan. Justru selama proses mempersiapkan diri, relasi kita diuji. Banyak momen di mana kita mulai menilai diri dan menilai pasangan. Seperti apa kualitas yang ada di dalam diri kita dan pasangan sehingga bisa meyakinkan orang tua bahwa dialah orang yang akan menemani kita selama sisa hidup ini.
Orang tua bisa dipakai Tuhan untuk memberikan tanda pada kita, tanda apakah hubungan ini bisa dilanjutkan atau tidak, tanda apakah dia laki-laki/perempuan yang baik, dan lain-lain. Kita perlu belajar mendengarkan mereka, sekalipun ada ketidaksetujuan atau ada pertimbangan tertentu yang selama ini tidak terpikirkan oleh kita. Mereka sudah pernah ada di posisi dan di usia kita. Mereka sudah lebih dahulu mencicipi kehidupan. Mereka adalah pribadi yang selalu menginginkan yang terbaik bagi kita.
Tentu, kita berharap orang tua memberikan berkat dan restunya. Kita akan menikmati kelegaan dan relasi lebih dalam ketika orang tua telah memberikan berkat dan restunya. Tetapi, bagaimana jika tidak?
Orang tua juga dapat dipakai Tuhan untuk memberikan tanda ‘tidak’. Kita perlu belajar mendengarkan dan memikirkan kembali apa yang orang tua katakan dan pertimbangkan. Ketika mereka menyatakan ketidaksetujuan, tanyakanlah dengan sopan dan baik apa yang menjadi pertimbangan, mengapa tidak, dan bagaimana seharusnya kita bertindak. Kemudian, mari kita ambil waktu untuk berpikir dan mencerna, apakah yang menjadi pertimbangan orang tua kita adalah hal yang tepat? Kita yang menjalani relasi, kita yang lebih mengenal pribadi pasangan kita, mari kita uji pasangan kita supaya kita dapat mengetahui kebenarannya.
Jika pasangan kita ternyata tidak seperti yang orang tua pikirkan, maka beranikanlah diri untuk bisa berbicara dengan orang tua, memohon waktu dan ruang untuk bisa menjalin hubungan dan meminta dengan sopan agar orang tua menilai kembali. Tawarkan kepada orang tua untuk bisa memiliki waktu bersama pasangan dan bisa saling mengenal.
Kalau kita masih belum menganggap berkat dari orang tua adalah hal yang penting, mari kita belajar membayangkan bila suatu saat nanti kita menjadi orang tua. Apakah kita ingin anak kita jujur mengenai relasi yang sedang dijalin? Apakah kita ingin mengenal pasangan anak kita dengan lebih baik? Apakah kita akan berkata ya/tidak jika pasangan anak kita adalah orang yang seperti pasangan kita sekarang?
It is a long process. Take your time. Pray to God. Do your part.
Blessed to be blessing!